Lampung Tengah – Kondisi kakek berusia (91) yang tinggal di sebuah gubuk reot, warga RT.003/009 Kelurahan Bandar Jaya Timur, Lampung Tengah, berharap ada perhatian dari pemerintah setempat. Muhamad Rin, nama sang kakek yang menjalani pahitnya kenyataan hidup di usianya yang sudah senja, tanpa tersentuh bantuan apapun selama ini.
Kakek ini menghabiskan masa tuanya selama bertahun-tahun didalam gubuk reot yang nyaris rubuh, bersama anak perempuannya, Siti (67), dimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya hanya, mengandalkan dari hasil anaknya yang berjualan gorengan yang tak jauh dari rumahnya, dan berharap dari belas kasihan dan bantuan dari orang lain.
Menurut, Siti saat ini kondisi bapaknya yang serba kurang, baik mata maupun pendengarannya. Bahkan dalam beberapa hari terakhir kondisi bapaknya mulai sakit-sakitan. Dimana hal itu membuatnya tidak tenang untuk bekerja dan meninggalkan bapaknya seorang diri di rumah, sementara untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dirinya menjalani pekerjaan apa saja yang di minta oleh para warga sekitar rumahnya. Saat di singgung apakah selama ini tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Siti menjawab bahwa selama ini tidak pernah mendapatkan bantuan dalam bentuk apapun.
“Sempat beberapa minggu yang lalu, pak RT datang minta foto copy kk, dan KTP, kalau kata pak RT sih mau diajukan bedah rumah. Kami sangat berharap mas, adanya bantuan dan perhatian dari pemerintah atas kondisi kami saat ini. Masak orang yang mampu bisa mendapatkan bantuan, sementara kami yang hidup seperti ini tak tersentuh sama sekali dengan bantuan apapun yang di berikan oleh pemerintah. Walau bagaimana pun bapak itu seorang pejuang lo mas,” keluh Siti.
Saat di konfirmasi media, menanyakan kepada kakek Rin, apa harapannya kepada pemerintah Kab.Lamteng saat ini, dirinya menjawab bahwa sangat berharap ada sedikit perhatian dari pihak terkait, dan pemerintah Lamteng atas kondisinya saat ini.
“Aku selalu berdoa semoga diberikan kesehatan, Lamteng ini masyarakatnya di berikan kemakmuran. Wong aku iki pejuang lo nak. Walau gimana pun aku sempat berjuang melawan penjajah, nek sak iki aku ngk iso opo-opo,” ujar kakek Rin, dengan logat jawanya yang kental.(*)