BANDARLAMPUNG – Universitas Lampung (Unila) menginisasi kerja sama pentahelix dalam penelitian dan pengembangan serta pemanfaatan teknologi iradiasi di berbagai sektor di Provinsi Lampung.
Kerja sama multipihak ini merupakan tindak lanjut penandatanganan MoU antara Unila dan NSTU NETI Rusia yang dilakukan sehari sebelumnya. Kolaborasi akan melibatkan beberapa stakeholder baik pemerintah, praktisi bisnis, industri, maupun asosiasi pengusaha.
Demikian simpulan Workshop Penelitian dan Pengembangan Teknologi Iradiasi antara Unila, Pemerintah Provinsi Lampung, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Lampung, dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Lampung, yang digelar di ruang sidang utama lantai 2 Rektorat, Rabu, 19 Januari 2022.
Hadir dalam acara tersebut perwakilan LPPM Unila, perwakilan NSTU NETI Rusia Fedor Leonov, Ph.D., dan Aleksandr Bryazgin dari Budker Institute of Nuclear Physics, Novosibirsk, Rusia, Kepala Bidang Inovasi Balitbangda Provinsi Lampung Winaryanti, S.E., M.M., Wakil Ketua Kadin Provinsi Lampung Yuria Putra Tubarat beserta tim, perwakilan Apindo Lampung, dan Great Giant Pinapple.
Ketua Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Kerja sama dan Layanan Internasional (UPT PKLI) Unila Dr. Ayi Ahadiat, S.E., M.B.A., mengatakan, kerja sama ini adalah kegiatan perdana dan langkah konkret yang dilakukan kedua pihak.
Selain nantinya ada pula kerja sama di bidang akademik seperti kursus, kolaborasi riset dan publikasi, khususnya yang berkaitan dengan teknologi iradiasi, serta kerja sama di bidang bahasa dan budaya.
Kehadiran teknologi ini diharapkan memberi nilai tambah khususnya pada sektor pangan dan pertanian yang merupakan sektor penyumbang terbesar pertumbuhan perekonomian di Lampung.
“PDRB ekonomi Lampung 40% sektor pertanian. Otomatis dengan kehadiran teknologi iradiasi diharapkan dapat memberi nilai tambah dan meningkatkan kualitas produk itu adalah mimpi besar. Mudah-mudahan the dream comes true dan ini akan memberikan kemaslahatan dan kesejahteraan luar biasa bagi Lampung dan Indonesia,” ujarnya.
Ia juga mengajak semua pihak untuk menyambut kehadiran teknologi ini baik plus maupun minusnya dengan keseriusan, komitmen, dan totalitas. “Artinya, ekosistem yang akan kita bangun nanti bukan sekadar research for research, research for development, tapi research for welfare,” kata dosen senior Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unila tersebut.
Insiasi ini diharapkan menjadi langkah awal yang akan berdampak pada perekonomian Lampung dan Indonesia pada umumnya.
Dalam pertemuan tersebut, masing-masing pihak melakukan sharing knowledge, presentasi mengenai produk berbasis teknologi iradiasi, tanggapan, serta masukan tentang sejauh mana kemungkinan teknologi iradiasi dapat dimanfaatkan di masa mendatang.
Sementara NSTU NETI yang diwakili Fedor Leonov juga berharap, pengetahuan tentang teknologi ini tidak hanya diangkat dari sisi bisnis namun juga aspek pengetahuan dan pendidikan bagi dosen dan mahasiswa.
Output dari pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk melakukan feasibility study mengenai pemanfaatan teknologi iradiasi. Kegiatan ini akan digawangi langsung oleh tim dari Unila sebagai perwakilan Indonesia, dan NSTU NETI selaku perwakilan Rusia, serta pihak-pihak terkait. (*)