Pringsewu – Seorang laki-laki paruh baya langsung berlari memeluk Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat tiba di Sukoharjo 1 Peringsewu, Jumat (21/1).
Pelukan laki-laki itu nampak erat sekali, seolah sudah sangat kangen dengan orang nomor satu di Jawa Tengah itu.
Ternyata dia adalah Bambang Iriyanto, saudara Ganjar Pranowo. Bambang merupakan saudara sepupu Ganjar, yang saat di Tawangmangu tinggal dan merawat Ganjar kecil.
Namun sejak transmigrasi ke Pringsewu Lampung, Bambang tak pernah bertemu Ganjar hingga puluhan tahun.
“Ya allah gusti, tekan omahku tenan iki (sampai rumah saya benar ini). Maturnuwun gusti (terimakasih Tuhan),” kata Bambang sambil memeluk Ganjar.
Bambang kemudian merangkul Ganjar dan membawanya masuk ke rumahnya. Di dalam rumah, istri Bambang dan anak-anaknya sudah menyambut kedatangan Ganjar bersama istri tercinta, Siti Atikoh.
“Iki bojoku, iki anak-anakku (ini istri saya, ini anak-anak saya),” kata Bambang mengenalkan keluarganya pada Ganjar.
Pertemuan saudara yang sudah terpisah lama itu cukup mengharu biru. Bambang nampak semangat menelpon beberapa saudara karena bangga didatangi Ganjar.
“Iki Ganjar ning omahku mbak (ini Ganjar ke rumah saya),” ucap Bambang sambil videocall dengan seseorang.
Ternyata, yang ditelpon Bambang adalah Sri Kaptini, kakak kandung Bambang yang juga momong Ganjar sejak kecil. Sri juga ternyata tinggal di Lampung, tepatnya di Way Laga, Sukabumi Bandar Lampung.
“Lho aku yo ning Bandar Lampung lho mbak. Mengko tak dolan ya (nanti saya main ya),” kata Ganjar di video call itu.
Benar saja, malam setelah acaranya selesai, Ganjar menuju rumah Sri. Saat Ganjar datang, Sri yang sudah berusia 77 tahun itu langsung memeluk Ganjar dengan erat dan menangis sesegukan.
“Owalah dek, ya Allah,” ucap Sri sambil menangis dan terus memeluk Ganjar.
Ganjar nampak gayeng ngobrol bersama dua sepupu yang merawatnya sejak kecil itu. Kenangan-kenangan semasa dulu tinggal bersama di Tawangmangu dan Kutoharjo muncul kembali. Mereka bernostalgia, mengenang cerita-cerita lama.
“Bapaknya Ganjar ini adik bapak saya, jadi dekat sekali. Saya itu ikut keluarga bapaknya Ganjar itu sejak Ganjar belum lahir. Jadi saya tahu betul karena ya saya yang ngemong dulu, dari baru lahir sampai besar,” cerita Sri.
Saat ditanya masa kecil Ganjar apakah nakal atau tidak, Sri mengatakan Ganjar tidaklah nakal. Dia anak yang anteng saat kecil. Namun ada kenangan unik yang masih membekas, yakni Ganjar selalu membuang dot saat isinya tidak cocok.
“Ganjar kecilnya nggak nakal, tapi ya itu kalau minum dot dan nggak cocok isinya langsung dibuang. Dia milih-milih dotnya, nggak mau susu, maunya teh. Kalau isi dotnya nggak sesuai atau kurang sedikit saja, langsung dibuang,” cerita Sri disambut tawa Ganjar yang disampingnya.
Baik Sri dan Bambang nampak begitu bahagia didatangi Ganjar yang sudah puluhan tahun tidak bertemu. Sekarang, anak yang dulu mereka asuh sejak kecil, telah menjadi seorang gubernur.
“Sangat bangga banget, sangat seneng rasanya. Ganjar sekarang jadi kebanggaan keluarga. Saya yang momong dia ikut bahagia. Sudah sukses tapi tetap ingat keluarga,” ucap Sri.
Begitu juga dengan Bambang. Dirinya tak menyangka, meski Ganjar saat ini sudah menjadi seorang gubernur dan sudah terpisah puluhan tabun, ia tak lupa pada suadara seperti dirinya. Walaupun saudara jauh dan tinggal di Lampung, namun ia tetap ingat dan datang untuk menjalin silaturahmi.
“Apalagi sekarang sudah jadi gubernur, rasane kulo mlengong (tidak menyangka), saya nggak bisa ngomong, soalnya saya tahu persis kecilnya gimana. Ya hanya bisa bersyukur pada gusti,” ucap Bambang.
Sementara itu, Ganjar mengatakan sengaja mampir ke rumah Bambang dan Sri karena sedang ada acara di Lampung. Disela acara itu, ia menyempatkan mengunjungi rumah kedua kakak sepupunya itu.
“Iya, ini mumpung saya lagi ada acara pelantikan Keluarga Alumni Gadjah Mada di Lampung, ini ada saudara saya yang sejak kecil mengasuh saya. Mereka ini sepupu, jadi putranya Pakdhe yang ikut bapak saya. Jadi beliau ini yang ngemong saya, sudah seperti kakak kandung sendiri,” kata Ganjar.
Ganjar mengatakan terharu bisa bertemu dua saudaranya itu. Sebab, sudah puluhan tahun mereka tidak berjumpa, sejak keduanya transmigrasi ke Lampung.
“Jadi saya datang untuk menengok, terharu juga. Seperti nostalgia. Ya nggak ketemu sejak saya kecil, waktu belum ubanan. Kira-kira saya berpisah kelas 5 SD. Kita nggak ketemu lagi, bayangkan sampai sekarang sudah puluhan tahun. Alhamdulillah sekarang bertemu, seperti nostalgia,” pungkasnya. (*)