Oleh : Deni Haddad
Calon Presiden (Capres) justeru akan banyak program, sudah tentu kesemuanya bagus-bagus, bak menjual kecap nomor wahid dengan janji dan iming-iming pada rakyat agar supaya nanti dipilih.
Di sinilah rakyat dibutuhkan pemikiran cerdas dalam mempertimbangkan dan menentukan pilihannya, supaya jangan sampai memberikan suaranya kelak kepada calon pemimpin yang malah diragukan integritas dan kualitasnya.
Setiap rakyat tentu saja berharap calonnya kelak yang terbaik dan mampu membawa kesejahteraan dengan memberikan pelayanan umum secara maksimal, juga dekat dengan rakyat dan tentu tak cacat dalam bidang hukum.
Ada banyak kategori dalam menentukan calon, seperti berdasarkan kesamaan ideologi, kesamaan afiliasi partai politik, kesamaan latar belakang kedaerahan atau profesi, berdasarkan pragmatisme juga berdasarkan rasionalitas
Dalam hal rasional, pemilih yang memilih calon presiden harus memenuhi kriteria pemilih yang cerdas berdasarkan akal sehat dan peniliaian objektif, sudah barang tentu dengan mempertimbangkan kualitas moral, integritas serta rekam jejak dan perilaku sehari-hari dari calon tersebut.
Jangan sampai kita sebagai rakyat tertipu dan menyesal 5 tahun kemudian, sebab calon presiden akan mencitrakan dirinya sebagai pemimpin yang egaliter, dekat dengan rakyat bahkan bisa bergandeng tangan dengan semua kalangan, berjiwa nasionalis walaupun dibuat-buat padahal sejatinya oportunis, serta banyak citra positif lainnya sebagai bentuk hegemoni dukungan.
Kesemua itu belum cukup tentunya bila tak mengenali sosok pilihan tersebut dan pergaulan si calon serta siapa saja orang-orang yang berada di sekitarnya.
Dengan perkembangan demokrasi yang diharapkan semakin baik dan kedewasaan berpolitik yang matang bagi masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, sudah saatnya untuk benar-benar mencermati integritas calon presiden ke depan, sekalu lagi kenali rekam jejaknya.
Bagi kaum muda (Gen Y dan Z) sudah pasti bisa melihat juga menilai bagaimana capres tersebut bisa memiliki ide dan gagasan, bagaimana dirinya melek digital, memiliki jiwa populis teknokratik selalu bicara kuantitatif bukan cuantitatif serta capres tersebut mampu mendesain langkah Indonesia Maju dengan bonus demografi saat ini.
Jangan sampai kelak akan menyesal setelah memilih calon presiden yang ternyata di belakang hari tidak bisa menjadi pemimpin yang amanah, cuma berharap elektoral, kekuasaan jauh dari ide serta gagasan bagaimana menuju Indonesia ke depan.
#SalamPancasila
#Merdekaaa