JAKARTA – Anies Baswedan mengungkap latar belakang munculnya surat tulisan tangan yang ditujukan ke Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Hal itu disampaikan Anies Baswedan dalam acara Mata Najwa yang tayang pada 4 September 2023, yang juga dihadiri oleh Muhaimin Iskandar.
Anies Baswedan menuturkan surat kepada AHY itu ditulis dengan suasana tidak tercapainya kesepakatan di antara para utusan di Tim 8.
Tim 8 adalah tim kecil yang dibentuk untuk memilih calon wakil presiden bagi Anies Baswedan. Anggota Tim 8 berasal dari perwakilan Anies Baswedan, lalu perwakilan Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS.
Anies menuturkan sejak Juni 2023, dia telah menyampaikan nama AHY sebagai cawapres untuk mendampingi dirinya.
Namun kemudian ada perbedaan pandangan dari partai koalisi. Partai Demokrat ingin agar pendeklarasian dilakukan dengan cepat. Adapun Partai Nasdem tidak menolak nama AHY, namun menginginkan agar pendeklarasian dilakukan tidak terburu-buru sambil melihat apakah ada opsi lainnya.
“Hari Jumat, utusan saya di Tim 8 datang dan menyampaikan: Pak Anies, ini utusan dari Partai Demokrat kemungkinan akan ditarik karena tugas yang diemban ke mereka tidak terlaksana,” ujar Anies.
Anies Baswedan kemudian bertanya, apa yang bisa dilakukan untuk itu.
“Mereka minta, bahwa benar Anies menyampaikan pilihan yang ada adalah AHY. Dan itu sudah saya katakan sejak Juni. Ke Nasdem saya katakan, ke Demokrat saya katakan, ke PKS saya katakan,” jelas Anies.
Namun demikian, Anies tidak mungkin didatangkan langsung untuk menyampaikan hal itu ke utusan Partai Demokrat di Tim 8. Olah karena itu, dipilihlah surat sebagai media menyampaikan hal tersebut.
“Mereka minta ada sesuatu tertulis yang bisa ditunjukkan,” jelas Anies.
“Dalam situasi itu, saya bilang ambilkan saja buku yang ada kertas bergaris, saya tuliskan sekarang,” lanjut Anies.
Anies menuturkan surat itu diberikan ke utusan Partai Demokrat, dan surat itu hanya ditunjukkan ke AHY, lalu dikembalikan lagi ke Sudirman Said selaku utusan Anies di Tim 8. Dengan kata lain, surat itu tidak diserahkan ke Partai Demokrat.
“Dan, bila ada tulisan dari Pak AHY, maka itu pun saya baca dan dititipkan (dikembalikan) lagi,” jelas Anies.
Sejalan dengan itu, lanjut Anies, surat itu bukan untuk dipertontonkan ke publik.
“Ini bukan sebuah surat untuk dipertontonkan. Kenapa? Karena ini untuk menyampaikan bahwa yang dikerjakan utusan Demokrat (di Tim 8) sudah dilaksanakan dan memang benar. Jadi saya menulis kemudian untuk menyampaikan harapan apakah berkenan untuk menjadi pendamping,” ujar Anies.
Namun demikian, Partai Nasdem dan Partai Demokrat tetap pada pendiriannya masing-masing terkait waktu pendeklarasian sehingga akhirnya tidak mencapai kesepakatan. (*)