BandarlampungBeritaBerita UtamaOpiniPolitik

Pilkada Lamteng Dinilai Pengamat Petahana Kerap Pecah Kongsi

189
×

Pilkada Lamteng Dinilai Pengamat Petahana Kerap Pecah Kongsi

Sebarkan artikel ini

BANDARLAMPUNG – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Lampung Tengah ( Lamteng) yang akan digelar 27 November 2024, mulai Menghangat. Menurut berbagai sumber terdapat empat nama yang akan berkontestasi.

Dari keempat nama tersebut yakni, Musa Ahmad incumben dari partai Golkar, Ardito incumbent partai PKB, Edward Rasid Caleg partai PDIP Provinsi Lampung, Ikhwan Fadil Hakim Ketua Partai Gerindra Lampung Tengah, dan Nessy Musthofa Istri mantan Bupati Lampung Tengah Periode 2016-2018 dari partai Nasdem.

Dari empat kontestasi tersebut perpecahan kongsi incumbent Musa dan Ardito. Pengamat politik Universitas Lampung (Unila) Darmawan Purba menilai, perpecahan kongsi kepala daerah dan wakil kepala daerah kerap terjadi, bahkan tidak lama setelah dilantik mulai ada tanda-tanda pecah kongsi.

Hal ini membuat pemerintahan daerah tidak berjalan dengan semestinya, lantaran adanya hubungan yang tidak baik antara kepala daerah dengan wakilnya.

Pada tahun 2014, kala itu Menteri Dalam Negeri mencatat sebanyak 971 dari 1.026 atau 94,64 persen hasil 2005-2013 terjadi pecah kongsi.

“Jadi, sejak awal-awal pilkada langsung pecah kongsi kerap terjadi, termasuk di Lampung Tengah, antara Musa dan Ardito yang sudah sejak lama tidak tampak bersama dalam berbagai agenda Pemkab Lampung Tengah,” ujar Darmawan Purba saat dimintai keterangan melalui pesan whatsapp-nya, Senin (22/4/2024).

Darmawan Purba menambahkan, hasil kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Kemendagri menyatakan penyebab kepala daerah dan wakilnya acapkali pecah kongsi antara lain: koalisi pragmatis yang hanya sebatas memenuhi syarat pencalonan, ada kecenderungan saling serobot kewenangan, kepala daerah cenderung dominan sedangkan wakil kepala daerah kurang sadar diri dengan posisinya, berebut penempatan dan mutasi pejabat, image (gambaran) menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagai batu loncatan untuk jabatan kekuasaan berikutnya.

Baca Juga :  Warga Amankan Oknum Kepala Pekon Pagelaran Diduga Selingkuh

Kepala daerah minim memberi kesempatan, disisi lain wakil kepala daerah menuntut lebih, dan kepala daerah dan wakil sama-sama bersaing untuk mendapat simpati masyarakat dalam meningkatkan citra (popularitas) menjalang pilkada selanjutnya.

Akademisi Unila ini berujar kemungkinan Bisa saja jumlah kandidat bertambah
Selama ini, kandidat yang akan berkompetisi dalam pilkada memiliki latar belakang, diantaranya; pertama, kelompok Petahana, yaitu: Bupati Musa Ahmad akan bersaing kembali dengan Wakil Bupati Ardito; kedua, Kluster ketua-ketua Partai Dominan, diantaranya; Muhammad Ghofur (PKS) dan M Ilyas Hayani, Partai Gerindra. Ketiga, caleg-caleg terpilih DPRD Lampung asal dapil Lampung Tengah, dan Keempat, tokoh-tokoh politik dan tokoh masyarakat yang mengemuka di Lampung Tengah, seperti Nessy Istri Mustofa mantan bupati.

Bahkan tidak menutup kemungkinan pejabat-pejabat birokrat di Lampung Tengah. Namun demikian nama Musa Ahmad incumben (Golkar), Ardito incumbent wabup, Edward Rasid : Caleg (PDIP) Prov, Ikhwan Fadil Hakim, Ketua (Gerindra) serta Nessy Istri Mustofa mantan bupati (Nasdem) yang terbilang memiliki rivalitas tinggi dalam pilkada kedepan.

Disinggung mengenai siapa yang lebih berpeluang memenangkan pilkada Lamteng, Darmawan Purba menakar
Petahana masih mendominasi kemenangan dalam pilkada di Lamteng sebanyak 43 kali, dan 19 kalinya terdapat petahana berkompetisi, yang 11 diantaranya sebanyak 58% menjadi pemenangnya.

Bahkan diberbagai daerah capaian kemenangan petahana hingga 70%. Kinerja petahana akan menjadi pertimbangan mendasar, namun demikian, sepanjang petahana mampu membangun dan menjaga komunikasi politik yang baik, terdapat program-program pro rakyat, maka tidak sulit bagi petahana untuk memenangi pilkada.

Terdapat lima alasan calon kepala daerah petahana cenderung dipilih oleh masyarakat; (1) kinerja petahana selama memimpin dipersepsikan berhasil dan memuaskan; (2) popularitas petahana yang tinggi, (3) kemampuan petahana menjangkau semua segmen pemilih, (4) kemampuan petahana menggerakkan tokoh informal maupun formal (termasuk birokrasi), (5) petahana lebih siap secara finansial. (Rud).

Baca Juga :  Integrated Monitoring Center, Digitalisasi Layanan PGN Secara Realtime dan Terintegrasi